Sabtu, 01 Agustus 2009

Benarkah Nabi Muhammad SAW Pernah Tersihir?

Riwayat Nabi Muhammad saw. disihir telah dimuat dalam beberapa buku standar yang beredar dan diyakini oleh para penulisnya, dan banyak kalangan yang bertaklid (berpegang) kepada mereka sebagai sesuatu yang sahih. Hadits yang meriwayatkannya termuat di Bukhari dan Muslim dengan redaksi yang tidak sama tapi mempunyai kandungan yang senada.

Hadis Riwayat Muslim:

Abu Kuraib membawakan riwayat dari Ibn Numair dari Hisyam dari ayahnya Urwah ibn Zubair dari Aisyah, bahwa Rosulullah saw. disihir oleh seorang Yahudi dari suku Zuraiq bernama Labid bin A’sham. Sehingga Nabi saw. berkhayal melakukan sesuatu, padahal tidak. Dan pada suatu hari/malam, Rosulullah saw. berdoa dan berdoa terus, kemudian berkata, “Hai Aisyah! Tahukah engkau bahwa Allah telah berkenan menerima doa yang kupanjatkan? Telah datang dua orang, lalu yang satu duduk di sebelah kepalaku dan yang lain di samping kaki, kemudian yang berada di sebelah kepalaku berkata kepada yang berada di sebelah kakiku atau yang berada di sebelah kakiku berkata kepada yang berada di sebelah kepalaku, ’Apa sakit orang ini?’, ‘Tersihir,’ jawab temannya. ‘Siapa yang menyihirnya?’ Temannya menjawab, ‘Labid bin al A’sham.’ Ia berkata, ‘Pada apa?’ Temannya menjawab, ‘Pada sisir , rontokan rambut dan mayang pokok kurma jantan.’ Ia berkata, ‘Dimana?’ temannya menjawab, ‘Disumur Dzarwan.’ ”

Aisyah berkata, ”Setelah mendatangi sumur tersebut bersama sejumlah sahabatnya, Rosulullah saw. berkata, ‘Hai Aisyah! Demi Allah seakan-akan airnya seperti air pacar, dan pohon kurmanya seperti kepala-kepala setan.’ “

Aisyah berkata,” Wahai Rosulullah! Mengapa anda tidak membakarnya?” Beliau menjawab, “Tidak, aku telah disembuhkan oleh Allah, dan aku enggan menimbulkan kejahatan atas manusia. Aku hanya perintahkan agar sumur ini ditutup.”

Berikut komentar dari seorang ulama besar Islam.

Syekh Muhammad Abduh dalam tafsir Juz Amma-nya mengkritik dengan keras anggapan bahwa Nabi Islam saw. terpengaruh oleh sihir. Beliau berkata:

"Dalam hal ini mereka meriwayatkan hadis-hadis bahwa Nabi saw tersihir oleh Labid bin A'sham. Sihir itu berpengaruh pada diri Beliau, sehingga beliau beranggapan sedang melakukan sesuatu padahal tidak, atau mendatangi sesuatu padahal tidak. Kemudian Allah memberitahukan kepada beliau tentang hal itu. Lalu bahan-bahan sihir itu dikeluarkan dari sebuah sumur, dan sembuhlah beliau saw. dari pengaruh sihir tersebut dan turunlah surat ini (al-Falaq).

Dan tidak samar lagi bahwa pengaruh sihir atas beliau saw. yang menyebabkan beliau menganggap melakukan sesuatu padahal tidak, bukan tergolong pengaruh sakit pada fisik dan tidak pula sama dengan lalai atau lupa dalam hal-hal yang biasa, akan tetapi ini berpengaruh pada akal dan jiwa. Dan ini akan membenarkan tuduhan orang-orang musyrik pada beliau saw:

"Kamu tidak mengikuti kecuali seorang yang terkena sihir." (QS.17:47)

Menurut anggapan mereka (orang musyrik), seorang yang terkena sihir itu tidak lain adalah seorang yang kacau akalnya dan berkhayal bahwa sesuatu telah terjadi, padahal tidak, maka ia berkhayal bahwa ia menerima wahyu padahal tidak.

Dan banyak dari para muqallid (orang awam yang menyandarkan pemahaman agama pada para mujtahid/ulama taqlid), yang tidak memahami hakikat kenabian dan syarat wajib kenabian, beranggapan bahwa cerita pengaruh sihir atas jiwa Nabi Islam saw. itu sahih, maka harus diyakini, dan menolak kebenarannya adalah bid'ah, sebab ini sama dengan ingkar terhadap sihir, padahal Al-Quran telah menetapkan adanya sihir.

Syekh Abduh melanjutkan:

"Lihat dan perhatikanlah! Bagaimana agama yang benar dan kebenaran yang gamblang telah berubah menjadi bid'ah dalam pandangan seorang muqallid. Ia berhujjah dengan Al-Quran untuk menetapkan sihir sementara ia sendiri berpaling dari Al-Quran yang menolak membenarkan sihir atas Nabi Islam saw. dan menganggapnya sebagai tuduhan palsu kaum musyrik".

Yang wajib diyakini adalah bahwa Al-Quran pasti benar, (ia adalah kitab Allah yang dinukil secara muttawatir (banyak periwayat) dari Nabi Islam saw yang maksum (disucikan Allah dari dosa). Apa yang ditetapkan Al-Quran wajib kita yakini, apa yang dinafikannya tidak wajib kita yakini. Sementara Al-Quran telah menafikan pengaruh sihir pada Nabi Islam saw. Jadi beliau saw secara pasti tidak terpengaruh oleh sihir (tersihir).

Dan sekarang yang harus kita lakukan ialah tidak menjadikan hadis itu sebagai tolak ukur akidah kita. Karena dalam berakidah , kita harus mengambil dalil Al-Quran dan dalil akal. Jika Nabi Islam saw tersihir – kacau akalnya seperti anggapan mereka – bisa saja beliau saw mengira telah menyampaikan sesuatu padahal tidak, atau mengira sesuatu telah diterimanya padahal tidak, maka hal itu sudah jelas omong kosong.

Syekh Abduh melanjutkan:

“Sihir bisa saja berpengaruh pada orang lain sehingga ia menjadi gila, tetapi mustahil menimpa Nabi Islam saw., karena Allah telah memeliharanya.”

Setelah menjelaskan arti sihir dalam Al-Quran, beliau mengatakan :

“Kalau mereka benar-benar menghargai Al-Quran dan dan memiliki modal bahasa yang memadai bagi seorang yang berakal untuk berbicara, niscaya mereka tidak akan berbicara sembarangan seperti itu, dan tidak akan mencoreng nama Islam. Bagaimana mungkin surat al-Falaq ini turun berkenaan dengan kasus tersihirnya Nabi Islam saw, padahal ia tergolong surat Makkiah menurut ‘Atha’, Hasan, Jabir dan Ibn Abbas dalam riwayat Abu Kuraib, sementara peristiwa itu terjadi di kota Madinah!”

Sementara itu Allah menjamin penjagaan atas Rosul-Nya :

(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang Ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang Ghaib itu. Kecuali kepada rosul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan belakangnya. (QS.al-Jin : 26-27)

Dan Allah akan menjagamu dari (gangguan) manusia (QS.al-Maidah : 67)

Sebagai penutup marilah kita berharap bahwa kita tidak termasuk kedalam golongan orang-orang yang zalim yang disinyalir Allah Swt dalam firman-Nya :

Kami lebih mengetahui dalam keadaan bagaimana mereka mendengarkan sewaktu mereka mendengarkan kamu (Nabi saw.), dan sewaktu mereka berbisik-bisk (yaitu) ketika orang-orang zalim itu berkata : ‘ Kamu tidak lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir’. (QS.17.al-Israa’ :47)

Iw-Jan2007

Tidak ada komentar: